Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sejarah Masjid Pertama di Berlin

Minggu, 30 November 2008

Islam Agama Universal

ISLAM ADALAH AGAMA YANG UNIVERSAL

Berulangkali al-Qur’an menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang ajarannya terkait dengan fitrat manusia. Islam menekankan bahwa suatu agama yang berakar pada fitrat manusia tidak akan berubah. Dengan demikian agama yang benar-benar berakar pada fitrat manusia tidak akan mengalami perubahan asal saja agama itu tidak terlalu mencampuri situasi-situasi transien manusia dalam kurun waktu manapun dalam sejarah kehidupannya. Bila agama tersebut tetap bersiteguh pada prinsip-prinsip yang bersumber pada fitrat manusia maka agama itu memiliki potensi menjadi agama universal.

Islam malah selangkah maju dalam hal ini. Dengan hati yang lapang Islam menyatakan bahwa semua agama didunia sedikit banyak juga sama memiliki sifat universal tersebut. Dengan kata lain, dalam setiap agama samawi dapat ditemukan inti ajaran yang terkait dengan fitrat manusia dan kebenaran abadi. Inti ajaran agama itu tidak berubah kecuali jika pengikutnya mencemari ajaran itu dikemudian hari.
Ayat berikut menjelaskan hal diatas :
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.(al-Bayyinah [98]:6)
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,(ar-Rum [30]: 31)

Berdasarkan pandangan diatas muncul pertanyaan lalu apa gunanya menurunkan agama semi agama yang ajarannya sama. Selanjutnya mungkin orang akan bertanya pula mengapa Islam mengaku bahwa ia secara relatif lebih universal dan sempurna dibanding semua ajaran agama sebelumnya.
1.) Untuk menjawab pertanyaan pertama al-qur’an menjelaskan bahwa berdasar fakta historis, semua kitab dan Naskah suci yang turun sebelum Islam telah mengalami perubahan. Ajaran kitab itu berangsur-angsur mengalami penyesuaian-penyesuaian dengan memasukkan unsur baru secara interpolasi sehingga kemurniannya menjadi diragukan.
Dengan demikian menjadi kewajiban para pengikut agama-agama tersebut membuktikan kesahihan kitab-kitab mereka. Al-qur’an sendiri memiliki keunikan dibanding kitab-kitab dan naskah suci lainnya, bahkan musuh-musuh Islam yang paling gigih dalam menyangkal al-qur’an sebagai kitab yang diwahyukan, mengakui bahwa al-qur’an tidak mengalami perubahan sejak diturunkan kepada Muhammad s.a.w.
Misalnya kutipan berikut :
There is otherwise every security, internal and external that we possess the text which, Mohamet himself gave forth and used (h.xxvii, Life of Mohamet, Sir William Muir, London 1878)
We may upon the strongest assumption, affirm that every verse in the Qur’an is genuine and unaltered composition of Mohamet himself (h.xxviii Life of Mohamet, Sir William Muir, London 1878)
Slight clerical error there may have been, but the Qur’an of Othman contains none but genuine elements, thought sometimes in very strange order. The efforts of European scholars to prove the existence of later interpolations in the Qur’an have failed (Prof. Noldeke in Encyclopedia Britannica 9th Edition , title Qur’an)

Lain lagi kalau kita bicara mengenai kontroversi tentang kitab mana yang dikarang oleh siapa. Sebuah kitab dari kalangan ahli kitab yang diragukan kesahihannya berasal dari Tuhan nyatanya memang berasal dari wahyu Tuhan yang sama, hanya saja di kemudian hari terjadi kontradiksi akibat interpolasi, campur tangan manusia. Jadi jelas dalam hal ini sikap Al-Qur’an adalah yang paling realis dan kondusif dalam mewujudkan perdamaian antar umat beragama.
2). Adapun mengenai pertanyaan kedua, Al-Qur’an mengingatkan kita akan adanya proses evolusi diseluruh sisi masyarakat manusia. Agama baru tidak hanya dibutuhkan sebagai restorasi agama lama melainkan juga mutlak diperlukan oleh agama lama dalam mengadaptasi kemajuan sejalan dengan perkembangan evolusi masyarakat.
3). Tidak cukup itu saja ada faktor lain yang ikut berproses dalam perubahan masyarakat adalah kurun waktu dimana ajaran itu diturunkan guna memenuhi kebutuhan sekelompok masyarakat tertentu pula dan dalam periode yang terbatas. Dengan kata lain agama tidak saja terdiri dari ajaran pokok berupa prinsip-prinsip yang baku melainkan pula diikuti dengan ajaran-ajaran tambahan.
4). Yang terakhir yang patut dipahami adalah, manusia tidak memperoleh pelatihan dan pendidikan dalam ajaran samawi dalam satu kali saja. Manusia dibawa secara bertahap hingga ke tingkat kedewasaan mental dimana ia telah cukup matang dan siap dalam menerima keseluruhan prinsip-prinsip dasar yang diperlukan sebagai bimbingan baginya. Menurut pandangan Al-Qur’an, ajaran kedua yang terkait erat berdasarkan pada prinsip yang fundamendal dan baku juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Islam sebagai agama yang sempurna (an-Nisaa' [4]: 14-16)
Hal diatas merupakan sebuah konsep universal dari Islam. Terpulang kepada manusia apakah mereka mau meneliti dan menilai kelebihan agama yang dibandingkannya.
Sekarang kita kembali kepada pertanyaan, mengenai agama-agama yang menyatakan dirinya lah yang ungggul dibanding yang lainnya. Islam menyatakan demikian. Melalui nubuatan Al-Qur’an menyatakan diri pada suatu waktu akan menjadi agama yang terunggul bagi umat manusia.
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.(As-Shaf [61]: 10)
Walau Islam menghendaki berkembangnya perdamaian dan kerukunan antar umat beragama, namun Islam tidak melarang penyebaran ajaran dan idiologinya secara kompetitif dengan tujuan memperoleh keunggulan dibanding agama lainnya.
Mengenai Rasulullah saw Al-Qur’an menyatakan :
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الأمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang umi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk".(al-A’raf [7]: 159)
Namun untuk menghindari perselisihan dan kesalahpahaman, Islam memberikan seperangkat petunjuk yang jelas guna memastikan kebebasan berkompetisi secara adil diantara agama-agama dalam hal menyatakan pendapat dan termasuk berbeda pendapat.(Mirza Tahir Ahmad,Islam’s response to contemporary issues)

Tidak ada komentar: